Oleh:
Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera dan Wartawan FBN)
MENGULANGI kebiasaan buruk. Bahkan tabi'at, kebiasaan yang menjelma karakter menjadi tipikal sebagai manusia yang menjalani cara hidup yang buruk. Hal ini bukan semata orang tua dalam pengertian ayah dan ibu dan/atau di antara keduanya, secara umum sikap demikian perlu diwaspadai pembinaan kehidupan masa depan.
Kondisi lebih buruk bisa jadi ketika kondisi tetua tersebut sulit dikompromi, maka langkah radikal, bahkan sistematis dan menyeluruh menjadi sepatutnya. Sebagaimana kehidupan dalam perspektif, holistisitas kehidupan dengan melibatkan segala unsur dalam memandang kehidupan berupa sejarah dan rancangan masa depan.
Kompromi antar keinginan dalam menjalani kehidupan memang dibutuhkan. "Clash" atau konflik antara manusia dalam memenuhi kebutuhan sebagai standarnya perlu dihindari sebagai bentuk keinginan berdasar manusia juga, yaitu tidak adanya permusuhan.
Terpandang, berpengaruh, bahkan pemangku kuasaan adalah di antara keistimewaan yang umum dimiliki oleh orang yang sudah tua (dewasa). Berbekal pengalaman, pengetatuan dan keahlian dalam menjalani kehidupan, bukan ketampanan, kekuatan dan hal lain berkait keduniaan lain lagi. Maka kesombongan dapat ditempatkan pada posisinya.
B. Netanyahu, Joe Biden, Vladimir Putin beberapa dari contoh atau "role model" orang tua. Bukan karena kelihaian, kharisma atau "kesombongan" khas manusia lain dalam menggerakkan kehidupan dunia zaman ini, namun usia tua menunjukkan peran mereka masing-masing yang berdampak pada kehidupan manusia lainnya.
Orang tua dalam kesadaran tidak semata sebagai manusia yang telah berkontribusi dalam kehidupan selama ini juga membutuhkan peringatan untuk dijadikan langkah perbaikan, khususnya dalam rangka hidup bersama. Karya, jasa dan harapan adalah satu kesatuan dalam kehidupan ke depan yang lebih baik.
Lantaran kehidupan manusia tidak dapat sama sekali dilepaskan dari pandangan penciptanya, maka permohonan kepadaNya adalah di antara jalan untuk perbaikan termasuk cara hidup lebih baik di masa depan.
Sebuah do'a yang senantiasa diamalkan banyak orang agar terhindar dari padanya adalah sebagaimana lantunan dari percontohan sang paripurna, Rasulullah, yaitu untuk dijauhkan dari kejelekan di usia tua ("suu' al-kibar") sebagaimana yang tertuang dan dikenal dengan kitab-kitab "Salaf" (terdahulu).
Demikian kejelekan usia tua ("al-kibar") tidak semua diuji dengan dan oleh kondisi tersebut. Artinya tentunya masih banyak dari tetua yang berkepribadian mulia dan penerusnya yang memohon perlindungan kepada Yang Kuasa atasnya.
Selain secara fisik juga psikis, secara umum kebiasaan yang membentuk orang tua sedemikian rupa seperti saat sekarang tidak terlambat untuk diperbaiki selama nyawa masih dikandung badan. Sebagaimana ungkapan yang disampaikan dalam sebuah video podcast viral akhir-akhir ini bahwa kebenaran itu tidak rumit, kejahatanlah yang rumit menunjukkan suatu kesempatan besar untuk memperbaiki diri.
Agar kehidupan di masa depan tidak melulu bernuansa permusuhan, konflik dan dalam kerumitan kejahatan demi kejahatan yang berulang sebagai harapan, maka masa depan menjadi bagian dari kenyataan yang diusahakan dalam kedamaian, harmoni dan dihiasi keinginan-keinginan khas manusia sebagai anak keturunan Adam....
Tulis Komentar