DONDO-TOLITOLI, KLIKNUSANTARA.COM | Sambut gelaran Maulid Akbar di Ogowele, masyarakat Luokmanipi ambil bagian ikut lomba Malasoji. Sebuah miniatur bangunan terbuat dari bahan kayu dan bambu atau pelepah sagu, yang di rancang sedemikian rupa dan dihiasi dengan nuansa perayaan hari besar Islam.
Sejumlah tokoh masyarakat dan beberapa warga Luokmanipi yang di jumpai awak media ini saat bertandang ke desa paling barat Kecamatan Dondo itu pada Minggu (8/10/23), tengah asyik mengerjakan rangka Malasoji. Mereka menuturkan yang dibuat itu untuk turut menyambut perayaan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiulawal Tahun Hijriah.
Bagi masyarakat Luokmanipi, perayaan itu rutin setiap tahun apalagi diadakan secara bersamaan oleh seluruh desa yang ada di Kecamatan Dondo. Kebetulan untuk tahun ini dipusatkan di Desa Ogowele pada tanggal 9 Oktober 2023.
Menurut Hasan, yang juga merupakan aparatur desa Luokmanipi yang dijumpai saat itu menuturkan, bahwa secara internal di desanya perayaan itu juga rutin dilaksanakan. Meski demikian, tetap saja mereka turut berpartisipasi dalam acara yang diselenggarakan sekecamatan dondo itu.
"Sebenarnya kami dan semua masyarakat desa Luokmanipi, juga rutin tiap tahun melaksanakan peringatan maulid didesa kami," ungkap Hasan.
Senada dengan itu, Mude salah seorang tokoh masyarakat di desa tersebut. Mengatakan pihaknya menyambut gembira perayaan keagamaan itu. Kecintaan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, membuatnya begitu sangat bersemangat membuat dan menghiasi Malasoji.
Walaupun nantinya akan dilombakan untuk mendapatkan penilaian Malasoji yang terbaik, namun baginya jauh lebih penting adalah makna dibalik perayaan itu. Untuk itu pihaknya bersama masyarakat lainnya berusaha menampilkan yang terbaik untuk ambil bagian dalam acara di desa Ogowele nantinya.
Untuk sebagai gambaran, Malasoji menjadi simbol tradisi perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, bagi umat Islam terutama di perdesaan, termasuk juga masyarakat Dondo di kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah.
Pada Malasoji itu di tempatkan sejumlah makanan dari hasil pertanian berupa nasi ketan warna-warni beserta lauk pauk, terutama telur. Tak lengkap sebuah malasoji jika tanpa menghadirkan telur rebus yang dihias dengan kertas minyak yang diberi utasan tali pada potongan lidi. Lidi dimana telur menggelantung itu kemudian ditancapkan pada tiang (batang pisang) di bagian tengah Malasoji.
Telur rebus inilah sebagai ikon malasoji dan menjadi incaran semua yang hadir, utamanya anak-anak. Kadang ibu-ibu harus ikut rebutan mendapatkan telur itu. Setelah dapat, telur-telur itu untuk anak-anaknya.
Konon daya tarik telur itu berkenaan dengan keberkahannya. Dimana sebagian masyarakat memaknai telur-telur itu identik dan simbolik dengan kelahiran yang menjadi inti dari tradisi maulid itu sendiri.... (Muliadi).
Tulis Komentar