Sukseskan Pilkada Serentak 2024

Mengapa Mahasiswa dan Kaum Intelektual Bebas Memberontak Seketika Terhadap Jokowi?

$rows[judul]

Oleh: Bhre Wira*

CIBOLEK~ Sejak tiga hari ini, di banyak kota Indonesia, massa mahasiswa khususnya, melancarkan aksi penentangan terhadap Jokowi. Penentangan ini dilatari langkah Baleg DPR yang berupaya membunuh putusan MK. Putusan MK itu sendiri dipahami memberi jalan demokratis dan peluang yang sama bagi banyak orang untuk maju sebagai kepala daerah. Namun aksi bergelombang dan meluas ini akhirnya aksi berkembang secara tak terkendali kepada upaya untuk menekan rezim Jokowi. Rezim Jokowi telah lama dipersepsikan banyak orang melakukan penyelewengan kekuasaan secara terang-terangan dan mencoba membangun dinasti tanpa rasa bersalah.

Sebenarnya pemberontakan massa yang dipelopori mahasiswa dan kaum intelektual bebas ini, hanya masalah waktu dan momentum saja. Sejatinya, keresahan, kegeraman, kemarahan dan kebencian atas praktik kekuasaan yang korup dan tidak peduli, sudah lama mengendap menjadi tumpukan dendam. Dan bagaikan sebuah magma yang sudah menggelegak, hanya tinggal sedikit tekanan dari dalam dan gerak rekahan penutup magma, maka tentu akhirnya meledak.

Di antara tekanan itu ialah mulai dari isu UKT mahasiswa yang tidak adil, peragaan kekuasaan layaknya aristokrasi tiran, penyembahan terhadap yang pihak berkuasa, kehidupan yang makin susah dan keras di masyarakat bawah, peredaran kekayaan yang menyempit pada kelas atas yang terkoneksi dengan para penguasa, perlakuan terhadap suara rakyat bagaikan komoditas tanpa jiwa, redupnya harapan rakyat untuk hidup secara setara dan sejahtera, dan makin jumawanya kelas berkuasa yaitu orang-orang kaya dan pejabat-pejabat pemerintahan, serta hukum yang sudah tak bisa diandalkan sebagai sandaran, dan perasaan rakyat yang meluas bahwa negara dan kekayaan alamnya seolah sudah menjadi bancakan dan arisan para penguasa ekonomi dan politik, sampai perasaan fatalis rakyat yang hampir merasa mereka layaknya budak bagi sistem yang sedang berjalan dalam kendali rezim Jokowi, tentulah akan meledak juga pada akhirnya. Siapa yang mau jadi budak dan paria di hadapan orang yang sama saja derajatnya di mata Tuhan dan di mata konstitusi? Inilah yang dirasakan rakyat banyak dan menekan pikiran dan hati mereka. 

Saat situasi tekanan psikologisnya seperti itu, retakan terjadi pada katup pengamam magma kemuakan rakyat, yaitu retaknya pilar-pilar pendiri dan penunjang rezim Jokowi. PDIP berpisah dari bangunan kekuasaan Jokowi dan beralih menjadi pesaing yang tersakiti.

Sudah dapat diramalkan, bagaimana pergeseran sendi-sendi bangunan kekuasaan Jokowi menimbulkan tumpah dan meledaknya magma yang tertekan selama ini. Dipantik lagi dengan kejumawaan yang dipamerkan untuk memaksa siapa pun yang tidak tunduk pada kehendak penguasa seperti yang dengan gamblang pada kasus Partai Golkar, dan hingga aksi Baleg DPR yang mencoba menganulir putusan MK yang dipandang sebagai order dari penguasa, maka seperti kata Menteri Bahlil, jadilah barang itu. Cuma barang yang ini bukan barang kehendak Jokowi, tapi kehendak rakyat untuk memaksa mundur kehendak Jokowi.

Pertempuran antara kehendak rakyat melawan kehendak Jokowi pun pecah. Kita masih akan melihat seperti apa akhir dari kisah ini. Dan siapa yang mengambil manfaat di tengah pertempuran yang sengit ini, yang situasinya sudah serba terkunci dan beresiko untuk mundur satu sama lain.

Jika kehendak rakyat mundur selangkah, maka kehendak Jokowi akan maju mengunci untuk mengamankan kepentingan keberlangsungan dan keberlanjutan formasi kekuasaan dinastiknya yang sudah dipasang sedemikian rupa guna mengamankan proyek-proyek mercusuar yang akan banyak menanggung risiko. Di sisi lain, banyak pihak yang sudah menggantungkan nasib dan harapan pada formasi dinasti Jokowi untuk kelangsungan kepentingan kelompoknya sendiri.

Sebaliknya jika kehendak Jokowi mundur dari tekanan kehendak rakyat yang diwakili aksi massa mahasiswa sekarang ini, maka nasib Jokowi dan masa depan politik keluarganya akan beresiko tamat. Sudah terlihat Kaesang, yang digadang-gadang sebagai Cawagub Jawa Tengah, akhirnya kehilangan peluang. Bisa-bisa semua peluang bagi keluarga dan kroni-kroni Jokowi habis dan pupus. Dan bukan hanya itu, nasib Jokowi sendiri pun bagaikan telur di ujung tanduk, sepeninggal dirinya tidak memiliki kekuasaan sebagai Presiden.

Sama-sama simalakama jadinya. Sebaiknya, kekuatan penekan yang diprakarsai dan diorganisasi golongan mahasiswa yang berwarna-warni ini, harus lebih maju dan jelas target-targetnya. Bukan sekedar pahlawan Robin Hood, halmana setelah selesai perkara penyelamatan putusan MK, lalu bubar dan balik kampus. Karena pertempuran ini bisa di tikungan dirampas dan dikuasai oleh pihak-pihak yang tidak kalah manipulatifnya terhadap keadaan rakyat... 

Bhre Wira (Penulis buku Indo Amnesia. Miliki bukunya. HP: 087804831205)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)