Oleh: Syahrul E. Dasopang (Pemerhati Budaya Nusantara /Mantan Ketua Umum PB HMI-MPO)
Gagasan atau ide mengalami empat tahap berikut:
1. Gagasan Individu. Tahapan ini adalah tahap permulaan dalam berkembangnya suatu gagasan. Gagasan pada tahap individu, belum bersifat diamalkan banyak orang. Mungkin, diamalkan oleh individu yang punya gagasan dalam alam batinnya berupa meyakini gagasan itu atau menerapkannya dalam kehidupan pribadinya.
Gagasan pada tahap individu ini, merupakan tahap yang paling krusial bagi perkembangan suatu gagasan. Ibarat perkembangan asal muasal manusia, gagasan pertama mengalami periode "perkawinan" atau seperti Nabi Isa As tanpa suatu sebab perkawinan, gagasan lahir begitu saja sebagai Ilham atau Wahyu dari Allah.
Perkawinan ini ialah antara pengalaman batin individu dikawinkan dengan realitas di luar dirinya, akhirnya memunculkan. embrio gagasan dalam kandungan hatinya sampai kemudian sial lahir sebagai bayi gagasan. Gagasan itu seperti anak manusia, akan mengalami perjuangan, ujian, rintangan, adaptasi hingga menjadi siap bertarung hidup mati untuk survive dalam realitas sosial. Ketika gagasan sudah dilepas untuk bertarung dalam realitas, pelahir dan pengasuh gagasan itu, masih harus melindungi dan membantu gagasan itu agar tidak binasa dalam pertarungannya dengan gagasan-gagasan yang bersifat rezim dan diakui oleh masyarakat.
2. Gagasan Kelompok. Setelah gagasan itu siap dilepaskan oleh pelahir dan pengasuhnya, maka dia diujikan dan diterapkan dalam kelompok yang menerima dan menyambut gagasan itu. Di sana gagasan itu diuji dan dimatangkan. Sekarang, yang mendukung dan mendakwahkan gagasan itu makin banyak dan lebih kuat, sehingga gagasan itu dapat lebih cepat dan luas daya jangkau penetrasinya ketimbang saat gagasan itu pada tahap individu.
Namun di tahap kelompok ini, gagasan akan mengalami kemungkinan sintesa dan adaptasi yang lebih kaya dan mengejutkan akibat keterlibatan banyak pihak dalam memahami, menghayati, menerapkan dan mendakwahkan gagasan. Keotentikan, ortodoksi dan kemurnian gagasan sebagaimana yang divisikan oleh penggagas, berada dalam tantangan dan ujian.
3. Gagasan Masyarakat. Ketika gagasan telah dilepaskan oleh kelompok kepada masyarakat yang beragam karakter dan budayanya, gagasan itu kembali mengalami ujian fit and proper-nya. Dia harus lebih mampu menghadapi tantangan masyarakat sampai benar-benar diterima, didukung dan diserap oleh masyarakat sebagai bagian dari gagasan atau ide mereka. Inilah yang disebut gagasan (milik) sosial. Jika gagasan berhasil survive pada tahap masyarakat ini, maka selangkah lagi gagasan itu akan menyempurnakan perkembangannya sehingga bersifat memaksa dan resmi.
4. Gagasan Negara. Setelah perjuangan yang mungkin alot dan panjang, karena menghadapi tantangan yang tidak mudah untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari masyarakat, akhirnya gagasan dapat melangkah lebih jauh lagi menjadi gagasan negara. Bisa melewati perdebatan, polemik, penolakan, atau pemusnahan segala sarana yang menampung gagasan itu, bahkan penganut, pejuang, pendakwah hingga penggagas dari gagasan itu sendiri dapat mengalami pembinasaan dari suatu gagasan yang lama bersifat rezim yang menyadari munculnya tantangan dan saingan kekuasaan dalam mempengaruhi, mengatur dan mengendalikan negara plus masyarakat.
Di tahap ini, gagasan dipertaruhkan dan dipertarungkan di arena politik yang penuh bahaya dan tantangan yang jauh lebih keras dan kejam sampai di antara gagasan baru dan gagasan lama mengalami nasib: apakah salah satu menang dan yang kalah menuju binasa, atau terjadi kompromi, percampuran dan pergulatan yang lebih panjang secara damai.
Demikian jika kita mengamati misalnya gagasan muktazilah hingga menjadi gagasan rezim di masa Al Makmun, persis seperti apa yang diuraikan. Atau tidak perlu jauh-jauh ke Baghdad di masa lampau, perkembangan Pancasila pun mulai dari tahap gagasan individual, Soekarno atau Yamin atau entah siapalah di antara mereka yang otentik mengandung dan melahirkannya, hingga ditahbiskan menjadi gagasan resmi negara, perjalanan riwayatnya tidak jauh berbeda dengan apa yang diuraikan.
Siapa yang menyadari perkembangan kehidupan suatu gagasan layaknya kehidupan manusia, maka dia tidak perlu takut untuk menciptakan, melahirkan dan memperjuangkan suatu gagasan bagi arena kemanusiaan. Karena sebenarnya anak-anak manusia membutuhkan selalu gagasan-gagasan untuk menggantikan gagasan-gagasan lama yang makin tidak relevan dan jumud.
~SED
Tulis Komentar